Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. 16
Desember 2013
Hiruk pikuk mahasiswa yang berkumpul dalam ruangan ini setidaknya
menurut saya ada tiga kategori. Yang pertama adalah mahasiswa yang ingin
mengerjakan tugas kuliah dengan serius dan focus (mencari buku referensi,
mengetik, dll). Yang kedua yaitu sebagai tempat yang nyaman untuk mengobrol
entah itu terkait dengan tugas perkuliahan ataupun dalam masalah lain yang asik
untuk dibicarakan. Dan kategori yang terakhir adalah sebagai tempat yang nyaman
untuk menyendiri, seperti untuk membaca buku (bukan karena tuntutan tugas
kuliah), online, dan mencari ketenangan dari semrawutnya dunia luar sana.
Nampaknya saya termasuk ketegori yang ketiga ini. Huuufffft…..bad mood sekali
sepertinya hari ini. Tugas menumpuk (rasanya tak perlu dipamerkan ya, karena
memang ini menjadi rutinitas biasa mahasiswa pada umumnya,hee), pikiran dan
suasana hati yang terkadang entah maunya apa, ga karuan.
Hari ini saya mendapat pelajaran baru. Setidaknya dalam satu hari
saya mewajibkan diri untuk menerima pengetahuan apapun dulu, dari mana saja
asalnya, dari siapa saja itu, tak masalah. Dari sekian banyak materi yang
disampaikan dalam kuliah umum jurusan PAI tadi saya mendapat beberapa
kesimpulan.
Yang pertama, mahasiswa jurusan PAI tidak selamanya harus menjadi
guru. Walaupun dari pihak fakultas mempunyai visi untuk menciptakan guru yang
professional berawal dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan. Saya sangat
setuju dengan ini. Entah mengapa walaupun saya kuliah di jurusan pendidikan, saya
tidak begitu tertarik dengan jabatan “GURU”. Guru yang saya maksud disini
adalah guru dalam arti formal (secara structural), terkait dengan jabatan
formal (mengajar di sekolah), sertifikasi, PPG, dll. Ribet sekali rasanya. Saya
lebih tertarik menjadi guru dalam arti hanya sebagai jabatan fungsional. Untuk
itulah kita perlu mempelajari ilmu-ilmunya. Dalam dunia pendidikan dikenal
dengan yang namanya 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi paedagogik, professional,
kepribadian/ personal, dan sosial. Ada lagi satu tambahan yaitu kompetensi
leadership/ kepemimpinan.
Saya tidak akan menjelaskan lebih detil tentang teorinya. Karena
dari awal tujuan saya menulis di blog ini adalah untuk mencurahkan pengalaman,
pikiran, opini, ataupun perasaan yang pernah saya alami dalam kehidupan
sehari-hari. Berharap melalui tulisan saya ini akan ada kritik, masukan, saran,
maupun pengalaman-pengalaman dari para pembaca yang turut membantu saya untuk
senantiasa memperbaiki diri. Baiklah kita kembali pada kegiatan kuliah umum
tadi.
Saya berharap dengan masuk ke jurusan pendidikan Islam ini, saya
akan melahirkan generasi ulul albab, anak-anak yang menjadi insan kamil, mampu
mengoptimalkan potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia,
menjadi ibu sekaligus madrasah, teladan dan panutan bagi anak-anaknya. Secara
teori hal ini mungkin terlalu abstrak untuk saat ini. Karena jurusan PAI memang
dicetak untuk menjadi guru yang professional di dalam sekolah khususnya,
mengajar dan mendidik peserta didik di dalam kelas.
Lalu bagaimana untuk saat ini? Untuk saat ini yang bisa dilakukan
yaitu berusaha menjadi manusia yang baik dan benar terlebih dahulu. Dengan
cara? Dengan cara mengamalkan apa-apa yang kita tahu dan paham sedikit demi
sedikit. Sambil terus menimba wawasan, ilmu dan pengetahuan dari manapun secara
cermat, karena ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Misalnya kita tahu
kebersihan itu sebagian dari iman. Kita
mempraktekan ini dalam kehidupan kita. Memakai pakaian yang bersih, menyapu dan
mengepel kamar kita, dan masih banyak lagi.
Terlihat sederhana memang, tapi lihat betapa yang sederhana ini akan
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan membuat nyaman bagi diri kita dan
orang lain. Mungkin ini terlalu umum tapi ini adalah sebuah aksi yang nyata.
Untuk menjadi seorang guru, maka dibutuhkan syarat agar bisa menjadi
panutan/teladan bagi anak didiknya kelak. Tidak hanya bisa mengajar dan
menyampaikan materi tetapi diwujudkan dengan aksi nyata dalam kesehariannya.
Berat dan serius sekali ya sepertinya :D
Semoga tulisan ini menjadi penggerak bagi diri saya pribadi
khususnya untuk senantiasa berproses, instropeksi diri, dan memperbaiki diri
dari hari ke hari. Wallaahu a’lam bisshowab. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar